Bismillah.
Sobat Ghifari,
Ajaran kurban yang disyari’atkan
dalam Islam sesungguhnya telah jauh mengakar dalam sejarah umat manusia. Tercatat
dalam sejarah, bahwa ibadah kurban telah dimulai sejak nenek moyang manusia
pertama sebagaimana dikisahkan dalam Q.S Al-Ma’idah [5]: 27, “Ceritakanlah
kepada mereka kisah kedua putera Adam (Qabil dan Habil) menurut yang
sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah
seorang mereka berdua (Habil) dan tidak diterima yang lain (Qabil). Ia berkata
(Qabil): ‘Aku pasti membunuhmu!’. Berkatalah Habil: ‘Sesungguhnya Allah hanya
menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa’.”
Dari kisah yang dapat dijumpai,
para ahli tafsir menyatakan bahwa peristiwa kurban yang dilakukan dua
bersaudara putra Adam as. adalah solusi dari polemik perang dingin yang terjadi
antara keduanya dalam mempersunting wanita cantik rupawan bernama Iklimah
sebagai pasangan hidup.
Ucapan Nabi Adam as. yang
bersumber dari wahyu yang disampaikan kepada kedua putranya, seperti dikutip
tafsir Ibnu Katsir: “Wahai anakku (Qabil dan Habil) hendaknya masing-masing
diantara kalian menyerahkan kurban, maka siapa diantara kalian berdua yang
kurbannya diterima Allah SWT dialah yang berhak menikahinya (Iklimah).”
Pada akhir kisah disebutkan,
ternyata kurban yang diterima Allah SWT adalah yang didasarkan atas keikhlasan
dan ketaweaan kepada-Nya, yaitu kurban Habil yang berupa seekor domba yang
besar dan bagus. Sementara kurban Qabil ditolak karena dilakukan atas dasar
hasud (kedengkian). Karena kebakhilannya, Ia juga memilihhkan domba
peliharaannya yang kurus untuk dikurbankan.
Qabil yang kalah dalam sayembara
kurban akhirnya memutuskan untuk membunuh saudaranya sendiri. Peristiwa ini
adalah pertama kali terjadinya pembunuhan dalam sejarah umat manusia. Patut kita
renungkan ya sobat, mengapa Al-Qur’an melukiskan Habil sebagai orang yang
lemah? Mengapa Ia tidak mau membela diri ketika hendak dibunuh saudaranya?
Mengapa pula kurban Habil menyebabkan Ia menjadi koorban?
Sebagian ahli tafsir menyatakan
bahwa Habil tidak membela diri karena Ia sengaja memilih kematian di tangan
saudaranya. Ia ingin meberikan pelajaran kepada umat manusia bahwa pelaku
kezaliman dan kedengkian tidak akan pernah menang untuk selama-lamanya. Bahwa kedengkian
dan ketamakan adalah akar perseturuan dan permusuhan umat manusia di muka bumi.
Subhanallah, begitu ikhlas Habil
mengorbankan dirinya ya, sobat. Ia rela mati di tangan saudaranya sendiri demi
menjadikan sebuah pelajaran untuk mannusia selanjutnya. Semoga, atas
pengorbanan yang begitu luhur ini kita akan selalu ingat esensi pengorbanan
Habil, seperti yang telah disebutkan di atas.
Wallahu’alam
bish-shawab.
0 komentar:
Posting Komentar